Article on HELLO! Indonesia, Edisi September 2015. Nia Dinata, Ersa Myori, & Marcella Zalianty
Jalinan Kekerabatan Nia Dinata, Ersa Mayori, & Marcella Zalianty 'Benang Merah' Pemersatu Dalam Hidup & Karier
_____________________________

Dulu, ketiganya mengenal satu sama lain karena terjun di dunia kerja yang sama. Namun kini, mereka menjalin hubungan sebagai saudara. Kepada HELLO! Indonesia, mereka pun bertutur tentang serunya jalinan kekerabatan yang mereka miliki sekarang.

 
Pernikahan ternyata tidak hanya sekadar menyatukan hubungan antara satu sosok perempuan dan lelaki yang mengucapkan janji suci. Kekerabatan itu juga mampu menyatukan hubungan antar keluarga dari kedua belah pihak. Seseorang yang semula hanyalah orang asing, rekan kerja atau pun teman bisa langsung memiliki hubungan keluarga berkat pernikahan. Nia Dinata, Ersa Mayori, dan Marcella Zalianty, tiga selebritas Indonesia ini mengaku bahwa mereka sudah saling tahu, karena mereka terjun di dunia kreatif yang bersinggungan. Mereka pun bahagia saat mengetahui bahwa akhirnya mereka menjadi saudara karena pernikahan.
PERNIKAHAN YANG MENYATUKAN 
Ersa Mayori tiba pertama kali di lokasi, kala itu Ersa tampak santai mengenakan busana kasual berwarna putih. Saat dirinya tengah berdandan muncul Nia Dinata, kakak tertua di antara ketiga bersaudara ini. Suasana menjadi ramai seketika terjadi saat keduanya bertemu mata. Masing- masing lalu menanyakan kabar dan kesibukan satu sama lain. Tak lama kemudian, sosok cantik bertubuh semampai pun hadir di ruangan melengkapi keramaian yang ada. Di awal perbincangan, Nia pun mengatakan bahwa dulu ia hanya sekadar kenal dan tahu saja sosok Ersa Mayori, yang lebih akrab dipanggil Echa. “Saat itu, saya belum kenal Echa, tapi saya tahu sosoknya. Mungkin karena jarak umur kami yang lumayan jauh,” cerita Nia Dinata membuka perbincangan siang itu. “Saya tahu bahwa Echa itu aktif di dunia televisi, majalah dan juga sering menjadi bintang video klip,” lanjutnya. Perempuan yang berprofesi sebagai sutradara ini mengatakan bahwa dirinya sangat senang saat sang adik, Otto Satria Jauhari memperkenalkan Ersa sebagai kekasihnya. 

Ersa dan Otto pun menikah pada tahun 2003, kala itu Nia sedang disibukkan dengan filmnya yang berjudul Arisan. Namun di sela kesibukannya, sang kakak masih tetap menyediakan waktu baginya. “Saya masih ingat dengan baik, waktu itu saya sedang mempersiapkan pernikahan saya. Ketika akan membeli keperluan untuk seserahan Teh Nia (sapaan akrab Nia Dinata – Red) bilang, ‘Ok, saya yang bertugas untuk membeli seserahan. Label make up apa yang kamu suka, parfum kesukaan kamu? Teteh seperti mengurus adik kandungnya sendiri. Saya benar-benar seperti mendapatkan sosok kakak perempuan,” tutur Echa tersenyum. 

Lain orang lain cerita. Jika ia mengenal sosok Ersa dari sang adik, perempuan kelahiran Jakarta 45 tahun yang lalu ini sudah mengenal Marcella dari pekerjaan yang mereka geluti. Maklum, keduanya sama-sama terjun di dunia seni peran. Nia yang aktif sebagai sutradara dan produser, kerap bertemu dengan Marcella yang berprofesi sebagai pemain film. “Dulu juga pernah hampir kerja bareng dengan Marcel (panggilan akrab Marcella Zalianty – Red) tetapi sayang masih terbentur dengan masalah jadwal. Saya justru mengenal Marcel jauh sebelum dia mulai menjalin hubungan asmara dengan Nanda (Ananda Mikola, suami Marcella Zalianty – Red.),” cerita cucu dari Otto Iskandar Dinata, salah satu pahlawan Indonesia. 

Dunia kreatif pun diakui oleh Marcella menjadi terlihat sangat sempit kala mereka bertiga akhirnya saling terikat dengan tali persaudaraan. “Kami bertiga memang dekat sejak hubungan pernikahan ini. Suami saya adalah sepupu Teh Nia. Sementara itu Echa menikah dengan adik kandung Teh Nia,” tutur Marcella. 

“Saya excited saat mengetahui kami kini bersaudara. Seperti benar-benar disatukan oleh dunia kreatif yang kami geluti. It’s just cute for me,” lanjut perempuan yang mulai dikenal sejak bermain dalam film Tusuk Jelangkung tersebut. 

Hal senada juga dikemukakan oleh Nia. Ia bersemangat saat mengetahui bahwa sang sepupu, Ananda Mikola menjalin hubungan asmara dengan Marcella. “Because I know her, jadi saat Nanda dan Marcel dekat dan akhirnya menikah, saya senang sekali. Saya juga senang bahwa meski bersaudara, we treat everyone as friends. Jadi tidak ada rasa canggung atau pun jaga image,” tambah Nia lagi. 

SELALU ADA UNTUK KELUARGA 
Ketiga perempuan ini jelaslah bukan perempuan biasa. Hingga sekarang, ketiganya tetap disibukkan dengan berbagai kegiatan di dunia yang mereka geluti. Ketiganya pun mengakui bahwa mereka tidak pernah memiliki waktu untuk melakukan rutinitas rutin keluarga seperti arisan. “Aduh, boro-boro arisan keluarga. Arisan dengan teman- teman saja saya tidak bisa. Namun kalau ada acara seperti salah satu anak kami ulang tahun, pasti semuanya berkumpul,” tutur Nia Dinata sembari tertawa.
Kedekatan ternyata tidak hanya terjalin di antara mereka, tetapi juga di antara anak-anak mereka. “Kebetulan semua anak saya lelaki dan sudah besar. Jadi kalau sedang ada waktu luang, biasanya saya mengajak kedua keponakan perempuan saya, Kika dan Ula menginap di rumah saya. Biasanya mereka ngacak-ngacak seluruh isi walk-in closet milik saya,” lanjut Nia lagi. Sementara itu, Marcella mengatakan bahwa kegemarannya akan wayang ternyata sama dengan kegemaran anak sulung Nia Dinata, Gibran Papadimitrou. “Saya ini sangat mencintai seni Indonesia, salah satunya wayang. Jadi, kemarin saat saya merayakan ulang tahun Kana (anak pertama Marcella) saya pun meminta Gibran untuk mendalang. Dia jago sekali mendalang. Benar-benar luar biasa,” sela Marcella bersemangat.

Pemasalahan “dapur” satu sama lain pun semakin mendekatkan ketiganya. Mereka mengaku bahwa mereka sering saling bertukar pembantu atau saling berkirim makanan. “It comes naturally that we support each other. Mungkin kami memang tidak ada jadwal kumpul rutin, tapi kami selalu ada satu sama lain. Kami mengandalkan team work. Saya dan Teh Nia sering sekali berbagi tugas dalam menjaga rumah. Saling kompromi satu sama lain. Bagi saya, dukungan terbesar saya dapatkan dari keluarga saya, dan Teteh, salah satu pemberi dukungan terbesar bagi saya,” tutur Echa.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Marcella. Ia mengatakan walaupun mereka tidak bertemu setiap hari, namun seluruh anggota keluarga selalu hadir disaat-saat penting. “Bagi saya, kualitas satu keluarga itu bisa dilihat saat keadaan kurang baik menimpa kita. Di situ justru semua terlihat dengan jelas,” tambah Marcella. Perempuan yang juga berprofesi sebagai sutradara ini menceritakan dukungan yang didapatkan saat anaknya jatuh sakit dan harus di rawat di rumah sakit. “Teh Nia datang membawakan berbagai macam minyak obat andalannya. Selain itu teteh juga tidak pernah lupa untuk mengirimkan makanan untuk saya harus menginap di rumah sakit,” lanjutnya sembari tersenyum.

“Kami sudah terbiasa saling gotong royong, apalagi kalau ada acara khusus seperti pernikahan. Begitu pun jika ada yang sakit, kami akan langsung berkumpul. We have to be there for each other,” tandas Nia yang juga pernah menyutradarai film Ca Bau Kan ini.

KERJA BERSAMA KELUARGA 
Kedekatan tiga bersaudara ini tidak hanya terjalin dalam keluarga, mereka juga menjalin kerja sama yang baik dalam bidang pekerjaan. Ersa dan Nia terlibat bersama dalam salah satu proyek kampanye Kalyana Shira Foundation yang bertujuan untuk mendorong para suami untuk terjun bersama-sama dalam proses membesarkan anak. Sementara itu, Marcella juga beberapa kali pernah bekerja sama membuat talk show bersama dengan Nia Dinata di salah satu televisi lokal Tanah Air. Mereka pun berharap semoga satu saat mereka bisa terlibat dalam satu pekerjaan bersama. “Pasti akan menyenangkan bisa kerja bersama keluarga,” tandas Nia Dinata menutup percakapan siang itu.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: VANESSA BERNADETTE (082114169440)
PENGARAH GAYA: BUNGBUNG MANGARAJA
PENATA RIAS: NITA JS (087883040818)
PENATA RAMBUT: IRA
BUSANA & AKSESORI: MAX MARA WEEKEND, BCBG MAXAZRIA, DIANE VON FURSTENBERG & ETRO
TAS : LOEWE
LOKASI: THE SULTAN HOTEL, JAKARTA

Baca Juga:
Article on HELLO! Indonesia, Edisi September 2015. Yuda Bustara
SIMPLE FOOD ALA CHEF YUDA BUSTARA
Malang melintang dalam balutan celemek selama bertahun-tahun, chef muda ternama ini memiliki misi untuk mengedukasi masyarakat Indonesia agar mampu memasak makanan sehari-hari yang mudah sehat dan enak. Dalam edisi ulang tahun HELLO! Indonesia kali ini, Chef Yuda Bustara menyajikan menu lezat sederhana dengan sentuhan laut di dalamnya.

Pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1986 ini mengaku menggemari dunia masak sejak usia tujuh tahun. Berkat dukungan keluarganya ia pun mendalami pendidikan di Taylor’s College School of Hospitality Tourism Malaysia. Bagi seorang Yuda Bustara, menjadi seorang chef tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Chef berbintang Sagitarius ini berkisah bahwa dirinya juga pernah melewati masa harus bekerja selama 14 jam sehari tanpa henti, dan terus-menerus berdiri di dapur. “Pekerjaan ini benar-benar tidak semudah dan seenak kelihatannya. Boleh dibilang tekanan yang dimiliki profesi ini terbilang lumayan tinggi. Apalagi saat itu saya bekerja di negara orang,” tutur Chef Yuda. Kembali ke Tanah Air, chef yang memiliki hobi berolahraga ini sempat mencoba profesi baru, namun kecintaannya terhadap dunia kuliner tampaknya tidak bisa dilepaskan begitu saja.

“Di profesi baru saya sempat belajar fotografi, akhirnya saya memadukan ilmu baru saya dengan ilmu yang saya dapatkan saat belajar memasak. Itu adalah awal saya juga menjadi food stylist,” ceritanya lebih lanjut. Keahlian memasaknya pun mulai dilirik oleh berbagai media, puncaknya adalah saat salah satu acara memasak yang dibawakan olehnya di salah satu stasiun televisi swasta ditayangkan ulang melalui saluran Asia Food Channel (AFC) di 13 negara.

Sering tampil di acara cooking show dengan menyajikan berbagai macam masakan yang terbilang mudah untuk diikuti oleh para penontonnya, pria yang mengaku mengidolakan sosok Sisca Soewitomo dan juga Rudi Choirudin ini pun dikenal dengan julukan chef urban. “Saya memang mengkhususkan diri untuk memasak masakan yang lebih sederhana, supaya lebih bersahabat dengan para penikmat kuliner di rumah,” lanjutnya tersenyum. Kali ini, chef yang juga kerap dijuluki sebagai chef “pemalas” ini menyajikan empat menu lezat sederhana dengan sentuhan laut di dalamnya. Seperti menu pembuka, Calamari Salad, yaitu menu salad segar dengan cumi goreng yang renyah dan gurih. Sementara itu, untuk menu utama, Chef Yuda menghadirkan menu Cheesy Beef Wellington, yaitu menu daging sapi berbumbu dalam balutan roti pastry. “Beef Wellington ini biasanya hadir dalam porsi besar, sehingga terkesan sulit untuk dibuat padahal sesungguhnya tidak. Mungkin karena porsinya yang besar. Kali ini saya hadirkan dalam versi individual, selain mudah dibuat, makanan ini bisa tahan disimpan hingga dua minggu di dalam lemari pembeku,” jelasnya.

Memanfaatkan tinta cumi yang sering terbuang begitu saja, Squid Ink Spaghetti with Unagi pun dipilih oleh Chef Yuda sebagai makanan utama lainnya. Sementara untuk penutup dirinya menyajikan menu Soft Served Ice Cream with Olive Balsamic. “Menu ini termasuk menu yang paling banyak diminta orang. Karena banyak yang bertanya bagaimana cara membuat es krim tanpa mesin,” tutur Chef Yuda bersemangat.

Squid ink Spaghetti with Unagi

Bahan:
2 sdm minyak zaitun, 2 siung bawang merah (potong dadu), 3 siung bawang putih (dihancurkan), 3 sdm wine (optional) , 1 fillet unagi siap makan,1 sdt tinta cumi, 1 cangkir tomat cincang, 1⁄2 cangkir keju gruyere diparut (optional), segenggam peterseli (cincang), bubuk cabe secukupnya, garam dan merica secukupnya, pickled ginger siap makan.

Bahan Pasta: 200 gram spaghetti, garam secukupnya.
 
Cara membuat:
1. Masak pasta sesuai petunjuk kemasan, sisihkan.
2. Tumis bawang merah dan bawang putih dalam minyak zaitun di atas api sedang-sampai bawang lembut.
3. Tuangkan wine (jika menggunakan), biarkan menguap sedikit.
4. Tambahkan tomat dan didihkan. 5. Tambahkan tinta cumi-cumi, peterseli cincang, bubuk cabe dan aduk rata.
6. Kecilkan api dan didihkan selama 10 menit.
7. Campur pasta dan saus lalu hias dengan peterseli cincang, cabe bubuk dan keju parut. 8. Lalu sajikan dengan unagi dan pickled ginger (optional).


Cheesy Beef Wellington


Bahan:
200 gram daging sapi tenderloin, 1 lembar keju favorit, 1 lembar puff pastry instan, 1 sdt mustard, 1 butir telur (kocok lepas), garam merica secukupnya, minyak untuk menggoreng secukupnya.

Cara membuat:
1. Panaskan panci hingga benar-benar panas.
2. Lumuri daging dengan garam dan merica lalu masak dengan api panas agar semua sisi kecoklatan. Angkat dan sisihkan.
3. Oleskan mustard dan berikan keju di atas daging.
4. Bungkus dengan puff pastry, lekatkan kedua sisinya dengan menggunakan telur yang dikocok atau air sebagai lem.
5. Masukkan beef pastry kedalam freezer, lalu bekukan hingga siap dipanggang (bisa
disimpan sampai jangka waktu 2 minggu).
6. Untuk side dish,tumis jamur dengan sedikit minyak dan mentega, masak hingga matang dan beri garam merica secukupnya dan sisihkan.
7. Keluarkan beef pastry dari freezer. Oleskan kuning telur diatasnya dan panggang dalam suhu 180 derajat celcius selama 30- 45 menit, tergantung tingkat kematangan yang diinginkan.
8. Sajikan dengan tumisan jamur.

Calamari Salad

 
Bahan Calamari:
300 gram tepung terigu, 12 buah cumi yang telah dibersihkan, minyak untuk menggoreng secukupnya, daun kari, 1 sdt oregano, 2 sdm biji adas / fennel seed, garam dan merica secukupnya.
 
Bahan Mix Salad with Citrus Dressing:
Daun salad favorit, 1⁄2 buah lemon, minyak zaitun secukupnya.
 
Cara membuat Calamari:
1. Campur adas dan oregano lalu blender atau ulek hingga halus, tambahkan tepung garam dan merica.
2. Masukkan daun kari dan cumi ke dalam tepung, aduk hingga cumi tertutup tepung lalu goreng hingga matang, tiriskan.
3. Iris cumi sesuai selera, lalu sajikan bersama dengan salad.
 
Cara Membuat Mix salad with Citrus Dressing:
1. Panaskan panci dan letakan buah lemon di atasnya, biarkan menghitam agar menghasilkan rasa terpanggang, angkat dan sisihkan;
2. Susun daun salad, tuangkan minyak zaitun secukupnya dan sajikan dengan lemon yang sudah terkaramelisasi.
 
Soft Serve Ice Cream with Olive Balsamic
 
 
Bahan:
350 ml susu, 150 ml susu kental manis. 50 gram gula pasir, 2 1/2 sdt bubuk jelly tanpa rasa/ agar-agar, sejumput garam, 275 gram keju mascarpone.
Topping: Extra virgin olive oil, Cuka balsamic.
 
Cara membuat:
1. Di atas panci, kocok susu, susu kental manis dan gula, lalu tambahkan bubuk jelly dan garam dan didihkan.
2. Aduk hingga semua benar-benar larut. 3. Matikan api dan masukkan keju mascarpone, aduk sampai mascarpone tercampur rata, boleh juga di blender hingga
halus.
4. Setelah tercampur dengan baik, bekukan dalam cetakan es batu. 5. Saat akan disajikan ambil beberapa blok es krim dan haluskan dengan blender atau food processor sampai
lembut.
6. Dengan cepat pindahkan ke pinggan atau bisa dimasukan ke piping bag dengan corong bintang;
7. Sajikan es krim dengan sedikit cuka balsamic dan extra
virgin olive oil.

Teks: SYAHRINA PAHLEVI.
FOTO: ADI SETYO.
LOKASI: STUDIO KOKIKU TV, JL. PANGLIMA POLIM 5 NO 25b, JAKARTA SELATAN. 


Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, September 2015 Edition
Rubrik: Resep

Baca Juga:
RoCA, Sensasi Ragam Paduan Rasa  
Restoran Signatures, Kuliner Eksotik dari Bumi Pertiwi  


Article on HELLO! Indonesia, Edisi September 2015. Gastromaquia
Gastromaquia From Madrid with Love


Spanyol, negara cantik yang terletak di Semenanjung Iberia ini merupakan salah satu negara di benua Eropa yang memiliki keanekaragaman kuliner. Dengan semangat kecintaannya terhadap masakan Spanyol, Hugo Ecolios Roldan dan Ramon Figuls akhirnya mendirikan satu restoran masakan Spanyol pada tahun 2008 di Kota Madrid. Restoran yang diberi nama Gastromaquia ini adalah salah satu restoran khas Spanyol yang berhasil meraih Certificate of Excellence dari salah satu situs perjalanan dunia selama tiga tahun berturut-turut dan berhasil masuk dalam daftar restoran yang wajib dicoba saat kita berkunjung ke Madrid. From Madrid with Love, dengan semangat dan kecintaan yang sama dengan restoran di negara asalnya, Gastromaquia pun kini hadir di Ibu Kota.

Berlokasi di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Restoran Gastromaquia tidak hanya hadir dengan menyajikan beragam masakan khas dari Spanyol, namun juga berbagai menu masakan internasional. Gastromaquia Jakarta mencoba menawarkan satu pengalaman yang menyenangkan bagi para penikmat kuliner di Jakarta. Jika Anda adalah penggemar makanan laut, maka Garlic Butter Prawn, menu udang segar yang dimasak dengan sentuhan rasa bawang putih dan mentega yang gurih, bisa menjadi pilihan. Atau jika ingin mencicipi sesuatu yang sedikit berbeda, Anda bisa mencoba menu Galician Octopus with Potato Foam. Makanan yang juga merupakan salah satu makanan asli rakyat Spanyol ini terdiri dari irisan tipis daging octopus dengan tekstur renyah yang disajikan bersama dengan potato foam dan paprika asap dari Spanyol.

Beberapa menu andalan lainnya seperti Stuffed Chicken with Bacon and Dates, Garlic Noodle with Crab Meat, dan Hot Potato with Egg juga patut untuk dicoba. Untuk menu minuman, restoran ini menyajikan beragam jenis mocktail maupun cocktail. Beberapa menu mocktail andalannya adalah Happy Days, yang terdiri dari kombinasi jeruk, leci, kiwi dan markisa. Strawberry Lemonade, yang merupakan campuran dari strawberry lemonade, sparkling soda serta sirup rasa strawberry yang segar. Sementara itu Madam Rosella sendiri memiliki kombinasi rasa asam dan aroma harum bunga rosella.

Restoran yang menempati satu bangunan berukuran sedang ini terdiri dari dua lantai yang dirancang dengan gaya rumahan. Warna putih dan beragam perabotan khas buatan tangan tampak mendominasi di dalamnya. Interiornya yang terkesan sangat homey membuat restoran ini nyaman untuk dikunjungi bersama dengan keluarga, teman atau pun pasangan. Mengusung konsep restoran internasional dengan sentuhan khas Spanyol harga yang ditawarkan oleh Gastromaquia terbilang cukup kompetitif, yaitu dari 40 ribu hingga 300 ribu rupiah per porsinya. Restoran Gatromaquia buka setiap hari dari Senin hingga Minggu. Untuk weekdays, jam buka restoran dimulai pukul 11.30 siang hingga 10 malam. Sementara untuk weekend Gastromaquia buka hingga pukul 12 malam dan memesan tempat lebih awal sangat disarankan jika Anda ingin mengunjungi tempat ini di akhir minggu.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: HADI CAHYONO
LOKASI: GASTROMAQUIA, SENOPATI


Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, September 2015 Edition
Rubrik: Resto

Baca Juga:
RoCA, Sensasi Ragam Paduan Rasa
Filosofi Kopi, Seruput Sedap Kopi Nusantara

Article on HELLO! Indonesia, Edisi Juli 2015. Alya Rohali
HUNIAN KLASIK MODERN ALYA ROHALI
YANG TAK LEKANG WAKTU
Tidak sulit mencari kediaman perempuan cantik kelahiran Jakarta, 1 Desember 1976 ini. Berlokasi di Jakarta Selatan, Alya Rohali menempati satu kediaman berlantai dua berwarna putih gading. Kepada HELLO! Indonesia, ia bertutur tentang konsep rumahnya dan kesibukan menjalani peran sebagai ibu dan juga seorang notaris.

KONSEP MODERN KLASIK 

Sedikit berbeda dengan orang kebanyakan, perempuan yang pernah dinobatkan sebagai Puteri Indonesia tahun 2006 ini mengakui memang berkeinginan memiliki rumah dengan konsep modern klasik. “Saya ingin sesuatu yang lebih long-lasting, tidak terlalu kuno walaupun tidak mengikuti tren yang ada sekarang. Saya ingin satu rumah yang tetap bisa disesuaikan dalam berbagai kondisi dan rasanya konsep modern klasik lah yang paling tepat,” tutur istri dari Faiz Ramzy Rachbini membuka percakapan siang itu.

Sementara itu, proses mendapatkan rumah ini juga tidak terbilang mudah menurut Alya. Dirinya dan suami menghabiskan waktu yang cukup lama sampai akhirnya mendapatkan rumah di bilangan Jakarta Selatan ini. “Dulu rumah saya berada di kawasan Hang Jebat, tapi kebetulan belum milik sendiri, masih sewa. Saat masa sewa sudah hampir habis, kami pun berpikir rasanya kali ini lebih baik kami membeli rumah dan bukan menyewa kembali,” lanjutnya. “Sempat ketar-ketir karena proses membeli rumah itu tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, misalnya lokasi. Nah, satu waktu Mas Ramzy lewat di daerah sini dan menemukan satu rumah yang dipasangi papan tanda dijual. Kami langsung jatuh cinta kepada rumah ini dan akhirnya kami putuskan untuk membelinya,” ceritanya sambil tersenyum.


Perempuan yang selalu tampil anggun dan pernah meraih penghargaan Panasonic Award tahun 2002 untuk kategori Presenter Kuis Terfavorit ini pun menuturkan bahwa Jakarta Selatan memang menjadi lokasi yang ia inginkan, karena lokasi tersebut mudah diakses dari sekolah anak- anak dan juga kantor sang suami. “Saya tidak ingin menghabiskan waktu yang lebih banyak di jalan, jadi pilihan kami jatuh ke lokasi di tengah kota,” lanjutnya. 

Rumah dengan luas sekitar 400 meter persegi ini pun akhirnya mengalami proses renovasi, tanpa merobohkan bangunan secara keseluruhan. Alya mengatakan bahwa masih ada beberapa bagian rumahnya sekarang yang merupakan bawaan dari struktur rumah terdahulu. Rumah ini pun hanya menghabiskan waktu renovasi sekitar sembilan bulan saja.
Ibu dari tiga orang putri ini menuturkan bahwa ia dibantu oleh beberapa pihak saat melakukan renovasi rumah di antaranya arsitek, desainer interior dan desainer produk dari Hadiprana. “Arsitek rumah ini adalah teman Mas Ramzy yang beristrikan seorang desainer interior, sehingga komunikasi kami terjalin lebih baik lagi. Mungkin itu juga yang membuat proses renovasi menjadi tidak terlalu lama,” tutur Alya menambahkan.

DOMINASI WARNA MASKULIN 
Sang pemilik rumah mengakui bahwa dirinya dan suami menyukai pilihan warna yang cenderung maskulin, seperti hitam dan putih namun sentuhan lampu berwarna kuning temaram memberikan kehangatan tersendiri di dalamnya. Sedangkan warna perabotan yang dipilih pun tidak jauh dari dua warna tesebut dengan model perabotan sederhana namun fungsional. Sebuah lampu baca besar yang menghiasi ruang tengah menjadi centerpiece dari seluruh perabotan yang ada di sana.

“Saya dan suami bukan pengemar berat aksesoris sehingga di dalam rumah kami pun tidak terlalu banyak ada perabot. Nah, untuk yang satu ini saya dibantu oleh Hadiprana. Kebetulan kebanyakan furnitur yang saya miliki custom made, jadi sekalian saya sesuaikan dengan konsep klasik dan sleek, namun tetap dengan sentuhan modern dan minimalis,” tutur perempuan yang juga pernah mengikuti ajang pemilihan Abang None Jakarta di tahun 1994 ini.

“Untungnya saya sepaham dengan sang desainer yang juga tidak terlalu suka dengan detail perabotan yang terlalu banyak,” lanjutnya sambil tersenyum simpul. Perempuan yang juga pernah mewakili Indonesia dalam ajang Miss Universe tahun 1996 ini mengakui bahwa dirinya bukanlah orang yang bisa membayangkan seperti apa bentuk rumah yang ia inginkan, sehingga dirinya merasa sangat bersyukur bisa mendapat arahan dari berbagai pihak kala itu. 

Meski berada di tengah kota, rumah ini tetap asri dengan sentuhan vertical garden terbuka yang cukup besar yang berada di sudut belakang rumah dan juga ruang makan semi outdoor di sampingnya. Ketika tanaman di vertical garden disiram, seketika hadir nuansa gemericik air terjun di sana. 

“Awalnya taman ini adalah kolam renang, tetapi saya merasa posisi kolamnya aneh dan tidak wajar. Selain itu kami juga baru saja memiliki bayi saat itu, akhirnya kami sepakat untuk menghilangkan kolam renang tersebut dan menggantinya dengan taman,” jelasnya.
 
“Meja makan ini tadinya hendak saya letakkan di ruangan tengah. Namun, desainer interior saya memberikan ide untuk meletakkannya di sisi luar rumah. Sudut yang semula akan saya buat sebagai ruang duduk santai. Lalu desainer produk dari Hadiprana mengatakan saya sudah punya satu ruang duduk santai di dalam rumah, jadi sepertinya akan kami tidak perlu lagi membuat dua ruangan dengan fungsi yang sama,” lanjutnya lagi.
 
Walaupun banyak pertimbangan sebelum akhirnya setuju untuk membangun vertical garden tersebut, perempuan yang juga turut ambil bagian dalam film Di Balik 98 ini tidak menyesal akan keputusan yang diambilnya. “Taman itu ternyata membuat suasana menjadi lebih sejuk dan juga sirkulasi udara di rumah ini lebih baik. Jadi tidak panas, kalau hujan juga tidak tampias. Sudut itu sekarang menjadi salah satu lokasi favorit saat saya mengadakan acara di rumah,” jelasnya.
 
Untuk hiasan dinding, terdapat tiga buah lukisan yang menghiasi rumah perempuan berusia 38 tahun ini. Satu lukisan abstrak di ruang tamu, satu lukisan besar dirinya karya Jeihan di ruang tengah dan satu lukisan perempuan karya Rahmansyah tampak menghiasi dinding ruang makan.
 
Bagi Alya Rohali, rumah adalah tempat untuk berkumpul dengan keluarga. Satu tempat dimana dirinya bisa melepaskan seluruh kepenatan yang ada. “There’s no place like home. Walaupun tidur di lokasi semewah apa pun, tetap saja yang terbayang itu bantal di rumah,” tuturnya sambil kembali tersenyum. 

MENJADI NOTARIS 
Lama absen dari dunia hiburan Tanah Air ternyata lulusan Magister Hukum dan Magister Kenotariatan Universitas Indonesia ini menikmati karier barunya sebagai seorang notaris. Dirinya kini memiliki satu kantor notaris di kawasan Depok, Jawa Barat. “Saya memang memiliki ketertarikan sendiri di bidang hukum. Sejak lulus SMA saya sudah bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan di bidang hukum. Sekarang saya pun menjalani profesi di bidang tersebut, sesuai dengan keinginan saya,” tuturnya ceria.

“Memang sangat berbeda dengan profesi saya sebelumnya, namun sayang sekali kalau saya tidak memanfaatkan sama sekali ilmu yang saya dapatkan.

Belum lagi pengorbanan yang saya jalankan saat masa kuliah, sambil bekerja, dan juga baru memiliki anak,” lanjutnya sembari tertawa ringan.
 
Selain sibuk berkarier sebagai notaris, Alya juga sibuk menjalani peran sebagai ibu bagi ketiga buah hatinya, yaitu Namira Adjani Ramadina, Diarra Annisa Rachbini dan Savannah Nadja Rachbini. “Berhubung usia ketiga putri saya ini berbeda-beda jadi kebutuhan mereka terhadap saya juga berbeda- beda. Kalau Adjani, kebetulan saya juga aktif di POMG (Persatuan Orangtua Murid dan Guru) di sekolahnya,” tuturnya. “Banyak sekali kegiatan di sekolah Adjani, sehingga pendampingan dari orangtua murid itu dibutuhkan, lalu saya juga memutuskan ikut serta di dalamnya. Hitung-hitung saya bayar ‘utang’ pada Adjani, karena saat ia duduk di bangku Sekolah Dasar, saya benar-benar sibuk dengan pekerjaan saya. Boro-boro bergabung dengan POMG, menjemput dia ke sekolah saja saya tidak ada waktu,” katanya menambahkan.
 
“Sementara Diarra dan Savannah, beruntung usia mereka tidak jauh berbeda, sehingga bisa bermain bersama. Tapi kalau membahas tentang kebutuhan akan kehadiran saya secara fisik, rasanya si bungsu memang yang paling menuntut. Sedangkan Adjani sudah mengerti akan kesibukan yang dijalani oleh mamanya,” kata lulusan sarjana dari Universitas Trisakti ini.
 
Menyinggung tentang kerinduannya terhadap dunia hiburan Tanah Air, Alya menuturkan bahwa dia sudah tidak memiliki ambisi apa pun di dunia layar kaca. “Kalau memang ada waktunya, ya saya jalani. Kemunculan saya di layar kaca sekarang itu lebih kepada faktor bahwa dunia itu adalah cinta pertama saya saat bekerja dan sekarang lebih kepada penyaluran hobi. Sekadar mengobati rasa rindu,”pungkasnya menutup perbincangan dengan HELLO! Indonesia sore itu.
 
TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: WANTEK SISWANTO
PENGARAH GAYA: LISTYA DIAH
PENATA RIAS: NITA JS (087883040818)
BUSANA: MALALA KAFTAN & PURANA

Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, July 2015 Edition
Rubrik: Home Sweet Home
Baca Juga:

Coffee Journey: Kanawa Coffee & Munch
"Coffee Shop with Smell of Something Fried in the Air"
Lately, I often went to some hip coffee shops in Jakarta and Kanawa Coffee and Munch is one of them. This coffee shop located in Jl. Suryo, Central Jakarta, next to Crematology another hip and famous coffee shop in town.

 From the outside this place is look so awesome, they have two floors with semi open air area on the top. The huge blue Kanawa signage in front of the shop even make this place look more attractive. But when you come inside the shop you will feel a little bit strange because this coffee shop is not smell like a coffee shop (for me). Yes, you wont smell any coffee aroma in the air, but you will smell "something is fried right now" in the air. Seems like their kitchen doesn't have good air circulation, it makes smell from kitchen come out to the main shop area. Just be prepare for it.

About their coffee, it was so so not a bad one but also not a decent one too. I ordered a cup of Hot Cafe Latte and they offered me to use their house blend which contain 40% Pasundan coffee bean. So I'm not surprising when the coffee taste so sour and for sure I will not order their house blend anymore in the future.

If you come here for meeting, so this is a good place to go. They have very fast enough WiFi connection ( I even can streaming on you tube). So that's good right.

If you come here on the week end, better come early, because this place is always full.

Anyway, people please, I know how "digital" we are now, but you are not going to coffee shop, order a small cup of Piccolo and disturbing people by taking some "model pose" pictures around the coffee shop. That a big no no really. Please.

Kanawa Coffee & Munch
Jl. Suryo No. 23, Jakarta 12180, Indonesia
Phone: 021-7201566

Article on HELLO! Indonesia, Edisi September 2015. Ruth Sahanaya 
ARUNGI TIGA DEKADE RUTH SAHANAYA
INGIN TERUS BISA BERKARYA 

Memulai karier bernyanyi pada tahun 1987, album pertamanya yang berjudul Seputih Kasih langsung sukses meledak di pasaran. Dengan suara khasnya, perempuan bertubuh mungil ini kian kokoh memantapkan posisinya sebagai diva dengan lagu yang berjudul Kaulah Segalanya. Melewati hampir tiga dekade, ia menyimpan impian untuk tetap bisa bermusik hingga usia senja.


Wajah Ruth Sahanaya (49) tampak berseri-seri saat HELLO! Indonesia meminta dirinya bercerita tentang perkenalannya pada dunia tarik suara. Sosok sang ayah diakuinya adalah orang yang mendorongnya untuk terjun ke dunia tarik suara. Berangkat dari menyanyi di paduan suara gereja, Uthe, begitulah Ruth Sahanaya biasa dipanggil, akhirnya membulatkan tekad untuk serius menjalani karier bermusiknya.

MENGUASAI FESTIVAL MUSIK DUNIA 
Anak ketiga dari empat bersaudara buah hati pasangan Alfares Edward Sahanaya dan Matheda David ini mengaku pertama kali mengikuti festival musik saat dirinya duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar St. Paulus III Bandung. Kala itu Uthe mewakili sekolahnya dalam festival lagu rohani anak-anak. Menginjakkan kaki di jenjang pendidikan menengah pertama, Ruth Sahanaya tumbuh menjadi sosok yang pemalu dan kurang percaya diri, namun bakat besar yang dimiliki oleh perempuan kelahiran Bandung, 1 September 1966 ini tidak menghambat teman-temannya untuk diam saja. “Jadi mereka diam- diam mendaftarkan saya dalam satu festival musik di Bandung. Alhasil mau tidak mau saya harus ikut dalam festival musik tersebut,” tutur Uthe tersenyum. “Puji Tuhan ternyata saya bisa memenangkan festival tersebut, saya bahkan terus ikut hingga ke tingkat Kotamadya Bandung, saya lolos hingga babak final,” tambahnya. Uthe pun berhasil menyabet juara pertama kompetisi Pop Singer Bandung Raya di tahun 1983.

Petualangan Uthe di dunia festival tidak berhenti sampai di situ. Ia berhasil menyabet juara satu kompetisi Bintang Radio dan Televisi Jawa Barat di tahun yang sama. Menyadari bakat besar yang dimilikinya Uthe pun mulai serius terjun ke dunia tarik suara. Pada tahun 1985, bersama Yovie Widianto. perempuan berdarah Ambon ini berpartisipasi dalam acara Light Music Contest yang diselenggarakan oleh Yamaha. “Saat itu, acara tersebut adalah kontes musik yang paling bergengsi. Jurinya terdiri tokoh-tokoh musik senior Indonesia, salah satunya adalah Ahmad Albar,” kenangnya. “Saya berhasil meraih predikat The Best Vocalist dalam festival itu,” lanjutnya. Ia juga berhasil menyabet gelar sebagai The Best Artist /Performance Mitsubishi AV Special di Jakarta Music Festival pada tahun 1991.

Tidak hanya menjadi primadona festival-festival musik tingkat nasional, Ruth Sahanaya juga berhasil menguasai beragam festival musik dunia. Di tahun 1992, ia berhasil mendapatkan Grand Prix Winner dalam Midnight Sun Song Festival di Lathi, Finlandia. Sementara itu di Belanda, Uthe mendapatkan juara pertama City of The Hague Award dan juara kedua di festival The Holland Casino Scheveningen.

PERTEMUAN DENGAN AMINOTO KOSIM 
Kabar tentang kemerduan suara Ruth Sahanaya pun sampai pula ke telinga Aminoto Kosim, salah satu pencipta lagu legendaris di Indonesia. Selesai menuntaskan pendidikannya di Berkeley College of Music, Boston, Amerika Serikat, ia pun mencari Uthe. “Aminoto Kosim datang ke tempat saya kuliah saat itu di LPK St. Angela Bandung. Dia bilang kalau dirinya tertarik dengan warna suara saya. Menurutnya, suara saya akan cocok dengan lagu yang dia ciptakan. Akhirnya saya bersama dengan Aminoto Kosim melakukan proses rekaman lagu ciptaannya,” jelas perempuan yang telah menjadi ibu bagi dua orang putri cantik bernama Nadine Emanuella Waworuntu dan Amabel Odelia Waworuntu.

Bagai mendapat durian runtuh, mungkin itu adalah peribahasa yang bisa menggambarkan kondisi yang dialami Ruth Sahanaya saat itu. Di tengah proses rekaman dengan Aminoto, seorang produser dari Aquarius datang kepada mereka. “Saat itu Aquarius adalah label musik yang hanya memproduksi lagu-lagu Barat saja. Mereka belum pernah memproduksi lagu-lagu Indonesia,” cerita Uthe. “Tampaknya nasib baik memang sedang menghampiri saya saat itu, pihak Aquarius akhirnya meminta saya untuk rekaman di bawah label mereka. Saya pun menjadi artis Indonesia pertama bagi Aquarius,” tuturnya bersemangat.
Album pertama Ruth Sahanaya langsung meledak di pasaran dengan hits lagu andalan Astaga dan Memori. “Kala itu bisa dibilang saya adalah penyanyi yang mendobrak sistem. Karena album pertama saya langsung ditangani oleh beberapa pencipta lagu hebat,” lanjut Uthe. “Dulu itu, biasanya satu penyanyi hanya akan dipegang oleh seorang pencipta lagu saja. Namun berbeda bagi saya,” tandasnya.

Tidak hanya dicintai oleh penggemarnya, Ruth Sahanaya juga memiliki tempat tersendiri di hati wartawan. Saat musik pop Indonesia didominasi oleh nuansa musik yang berirama pelan dengan lirik lagu sedih, ia muncul dengan nuansa musik dan lirik yang lebih ceria. “Wartawan memberi istilah baru bagi album saya kala itu. Mereka bilang, album saya itu album pop kreatif. Walaupun menurut saya yang lain juga sama-sama kreatif, kan ya!” kenangnya sambil tertawa kecil.

Belasan album telah dihasilkan oleh perempuan cantik yang juga tergabung dalam grup bernama 3 Diva ini. Belum lagi puluhan lagunya yang menjadi hits dan tetap abadi hingga sekarang. Uthe mengaku bahwa dirinya selalu memperhatikan irama musik yang ada di dalam albumnya. Ia selalu berusaha untuk bisa memadukan berbagai irama musik, mulai dari musik berirama lembut hingga musik yang berirama enerjik. Tidak ada yang berubah dari dirinya, Ruth Sahanaya merupakan salah satu penyanyi Indonesia yang konsisten dengan konsep dan warna musik yang dibawakannya. “Bagi saya dalam satu album itu tidak bisa terdiri dari satu nuansa musik saja. Kalau diperhatikan nuansa musik album saya pasti beragam. Itu adalah benang merah yang ada di setiap album saya. Yang berubah mungkin hanya teknik dan gaya bernyanyi saja. Kini, gaya saya menjadi lebih mature,” tuturnya lagi.

Tidak ada orang yang bisa sukses tanpa bantuan orang lain. Hal itu juga yang dirasakan dalam kariernya. Uthe mengatakan ia berhasil mencapai di posisi sekarang karena kontribusi dari berbagai pihak, mulai dari kedua orangtua dan juga kedua orang saudara perempuannya. Beberapa nama besar di Tanah Air juga memegang peranan yang penting dalam karier Uthe. Sebut saja nama Raymond Pattirane, James F Sundah, Elfa Secoria (Alm.), Chris Pattikawa, Candra Darusman dan Erwin Gutawa. “Tapi saya rasa saya harus sangat berterimakasih kepada Aminoto Kosim. Saya bisa berada di posisi sekarang ini benar-benar berkat jasa beliau,” kenang Uthe tersenyum.

Perempuan berbintang Virgo ini juga menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada para manajernya, Joshua Pattipeilohy, Hendar Waskito, dan Jeffrey Waworuntu. “Jeffrey, suami saya yang juga menjadi manajer bagi saya selama lebih dari 15 tahun terakhir ini. Saya juga sangat menghargai keputusannya untuk menerima tawaran menjadi manajer, padahal di saat yang sama Jeffrey sedang duduk sebagai direktur di perusahaan tempatnya dulu bekerja,” jelas Uthe.

MUSIK INDONESIA DIPERHITUNGKAN 
Berbicara tentang tanggapan sang diva terhadap kondisi dunia musik Indonesia saat ini dirinya mengatakan bahwa dari dulu hingga sekarang musik Indonesia merupakan salah satu musik yang sangat diperhitungkan karena originalitasnya. “Di Asia, Indonesia itu selalu menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara tetangganya. Memang kalau dari segi referensi musik, kiblat bermusik Indonesia itu lebih ke Amerika tetapi Indonesia itu kaya sekali akan warna musik. Belum lagi dengan kondisi negara kita yang membuat setiap daerah mempunyai jenis musik yang berbeda-beda,” papar Uthe serius.

“Menurut saya, musik Indonesia sekarang itu sudah sangat mendunia. Karena dengan perkembangan teknologi yang luar biasa, dan juga aliran informasi yang luar biasa membuat Indonesia menjadi satu negara yang sangat kreatif. Itu juga yang membuat saya bersyukur sekali dengan Indonesia. Musik Indonesia sudah sejajar dengan musik-musik dunia ,” tutur Uthe sambil tersenyum.

UTHE DAN KELUARGA 
Tidak hanya sukses dalam musik, Ruth Sahanaya juga sukses membangun keluarga dengan Jeffrey Waworuntu, seorang mantan aktor, peragawan dan juga pembawa acara, yang kini aktif menjadi manajernya. Dari pernikahan tersebut, Uthe dikaruniai dua orang anak perempuan yang kini sudah menginjak usia remaja. Mereka pun mulai menunjukkan ketertarikan untuk terjun ke dunia tarik suara. “Saya tidak pernah memaksakan mereka terjun ke dunia tarik suara. Saya tidak pernah memaksa apa pun kepada mereka. Tapi rasanya darah seni yang mengalir di tubuh mereka cukup kuat, sehingga tidak heran jika mereka ingin mengikuti jejak saya,” cerita Uthe lagi.

“Dulu ada masanya saya sedih, karena saat masih kecil keduanya seperti tidak menunjukkan ketertarikan untuk menyanyi. Tapi ya sudahlah mungkin memang bukan jalan yang mereka inginkan. Sampai satu ketika, Mabel, putri kedua saya meminta ikut dalam satu variety show menyanyi. Itu cukup mengagetkan saya,” lanjutnya. “Lalu Nadine juga meminta hal yang sama. Nah, sejak itu banyak yang tahu bahwa Nadine bisa menyanyi. Nadine juga beberapa kali pernah menyanyi bersama saya di panggung,” tuturnya lebih lanjut.

Sementara itu, mengenai hubungannya sebagai penyanyi dengan sang suami yang juga menjadi manajernya, perempuan penerima penghargaan The Best Selling Indonesian Album di acara Anugrah Industri Muzik, Malaysia untuk album Kasih pada tahun 1999 ini mengakui lima tahun pertama menjadi saat yang tersulit bagi mereka. “Kami masih sulit membedakan antara pekerjaan dan keluarga, sehingga saat terjadi clash dalam rumah tangga imbasnya ke pekerjaan,” kenangnya sambil tertawa.

Menikah sejak tahun 1994, Uthe mengatakan bahwa ia memiliki trik tersendiri dalam menjaga keharmonisan rumah tangganya dengan suami. “Sejak awal kami menikah, kami langsung memanggil satu sama lain dengan sebutan mama dan papa. Bagi saya nama panggilan tersebut sangatlah penting. Itu juga yang membuat saya merasa memiliki ikatan khusus dan berbeda dengan dirinya,” ceritanya lagi. “Kemesraan kami saling memanggil mama dan papa di mana pun kami berada akhirnya diikuti oleh teman-teman kami saat memanggil kami. Itu juga awal mula akhirnya saya pun akrab dipanggil Mama Uthe, sementara Jeffrey dipanggil Papa Jeff,” lanjutnya.

MIMPI UNTUK TERUS BERKARYA 
Sudah 30 tahun Ruth Sahanaya ikut mewarnai dan juga menghiasi dunia musik Tanah Air. Memasuki usia setengah abad sosok perempuan yang juga berdarah Sangir ini merasa sangat bersyukur dengan segala yang diberikan oleh Tuhan padanya hingga saat ini. “Walaupun sudah tidak sesibuk dulu namun saya sangat bersyukur masih bisa dipercaya untuk tampil diberbagai acara,” ujarnya sembari tersenyum simpul.

Ditanya mengenai mimpi yang masih ingin dikejar olehnya dalam berkarier, perempuan yang pernah menjadi vokalis tamu dalam konser Mario Frangoulis di Herrod Atticus, Acropolis, Athena, Yunani pada tahun 2002 silam ini mengakui bahwa ia bukan termasuk orang yang ngoyo untuk mengejar sesuatu. “Saya santai dalam menjalani kehidupan ini maupun karier saya bermusik. Saya memang bukanlah sosok yang ambisius,” tuturnya.

“Namun yang sedikit berbeda tahun ini adalah saya baru saja menerbitkan buku biografi tentang diri saya yang ditulis oleh Tamara Geraldine. Awalnya saya sempat bertanya-tanya pada diri sendiri. Apa yang bisa ditulis dari hidup saya ini? Menurut saya kehidupan saya biasa saja, tidak ada sensasi apa pun,” lanjutnya.

“Namun kalau ditanya tentang mimpi, jika Tuhan izinkan saya ingin Tuhan bisa terus menjaga suara saya, sehingga saya bisa terus menyanyi dan juga berkarya hingga tua,” tambah Uthe. “Tahun ini adalah tahun ke-30 saya berkarya, setelah buku akan ada album yang saya rilis. Dan kalau memang Tuhan mengizinkan, saya ingin sekali bisa menutup tahun ini dengan satu konser tunggal saya. Itu juga salah satu doa saya tahun ini,” tutur Uthe menutup perbincangan dengan HELLO! Indonesia.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: NICKY GUNAWAN (087885322924)
PENGARAH GAYA: BUNGBUNG MANGARAJA
PENATA RIAS: AMRISI
BUSANA: ANDREAS ODANG
LOKASI: SOPHIE AUTHENTIQUE, KEMANG


Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, September 2015 Edition
Rubrik: Celeb News


Baca Juga:
Article on HELLO! Indonesia, Edisi July 2015. Surya Saputra & Cynthia Lamusu 
MAKNA HARI KEMENANGAN BAGI
SURYA SAPUTRA & CYNTHIA LAMUSU
SAATNYA BERKUMPUL DENGAN KELUARGA

“Lebaran adalah saat untuk mempererat tali silaturahmi dengan keluarga besar”



Suasana hangat dan gelak tawa mewarnai ruangan tempat Tim HELLO! Indonesia mewawancarai Surya Saputra (39) dan Cynthia Lamusu (33). Pasangan yang menikah tahun 2008 silam ini berbagi cerita tentang kesibukan mereka dan juga kebiasaan yang selalu ada di kediaman mereka saat hari kemenangan tiba.

MAIN FILM BERSAMA
Ditemui oleh HELLO! Indonesia di sela-sela persiapan peluncuran film terbaru mereka yang berjudul Ayat-ayat Adinda, Surya mengakui bahwa kini ia tengah menikmati masa liburan. “Lagi jadi mandor di rumah yang kebetulan juga sedang renovasi. Ya, sambil menikmati masa- masa liburan,” tuturnya santai. Lelaki kelahiran Jakarta 5 Juli 1975 ini mengatakan bahwa banyak kerabatnya yang akan berkunjung ke Jakarta dalam waktu dekat sehingga ia memutuskan untuk tidak menerima tawaran pekerjaan apa pun saat ini.

Sementara itu, sang istri sedang disibukkan dengan proyek peluncuran single baru bersama dengan Be3, Lucy Rahmawati dan juga Bebi Romeo. “Proyek yang cukup unik, karena ini juga kali pertama kami berkolaborasi dengan Lusy (mantan anggota AB Three). Proyek ini juga terbilang seru, karena banyak penggemar kami dari zaman dulu akhirnya berkumpul kembali. Bisa dibilang ini proyek kangen- kangenan kami,” papar Cynthia.

Bercerita tentang pengalamannya bermain film Ayat-ayat Adinda bersama sang suami, perempuan berdarah Sulawesi ini sontak bersemangat. “Film ini istimewa bagi saya. Karena ini baru pertama kali saya bisa melakukan adegan dalam satu frame dengan Mas Surya. Dulu memang pernah main film bersama di Arisan 2, tapi tidak satu frame. Nah, kalau yang ini kami benar-benar beradu akting,” ungkapnya. “Jujur, saya gugup sekali, terlebih Mas Surya kan sudah makan asam garam dunia seni peran. Akhirnya, seminggu sebelum proses syuting dimulai, saya sempat cerewet mengajaknya untuk terus-menerus latihan,” lanjutnya disambut tawa ringan sang suami. Cynthia bersyukur bahwa ternyata saat pengambilan gambar, semua berjalan dengan baik. Ia juga mengatakan bahwa Surya-lah yang berhasil membuat dirinya menjadi percaya diri dan menjalani proses pengambilan gambar dengan nyaman.

BAHAGIA SEKALIGUS SEDIH
Menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan membuat hari kemenangan Idul Fitri pasti memiliki arti tersendiri bagi setiap individu Muslim di dunia ini, begitu juga yang dialami oleh pasangan yang pernah memenangkan kompetisi dansa berpasangan di salah satu televisi swasta pada tahun 2008 silam tersebut.

Surya Saputra menuturkan bahwa baginya, Lebaran adalah hari yang penuh dengan kemenangan dan ia justru lebih memaknai usaha yang dilakukan sebelum hari kemenangan itu tiba, yaitu saat bulan Ramadan. “Kemenangan yang kita dapatkan pada Hari Idul Fitri merupakan buah yang kita petik dari proses yang telah kita lakukan sebelumnya. Setelah kita selama sebulan beribadah penuh, berintrospeksi diri, bercermin untuk memperbaiki diri dan juga memperbanyak pahala,” jelas Surya sambil tersenyum. “Karena bagi saya, bulan Ramadan adalah bulan dimana amal ibadah kita Insya Allah diterima dan juga diridhai oleh Allah SWT. Jika tidak diridhai oleh Allah SWT, maka apa pun yang sedang kita kerjakan tidak akan ada hasilnya. Hasilnya pun tidak benar. Jadi saya selalu berusaha mengerjakan seluruh ibadah dengan baik di bulan Ramadan, puasa dengan sungguh- sungguh, berupaya rajin shalat tarawih, memperbanyak bacaan Alquran, dan juga melakukan perbuatan baik sebanyak- banyaknya,” katanya menambahkan.

Sedangkan Cynthia yang kelahiran Jakarta, 12 April 1978 ini mengatakan bahwa ia memaknai Idul Fitri dalam dua sudut pandang. “Yang pertama, Lebaran adalah hari yang merupakan puncak setelah kita melakukan ibadah puasa Ramadan. Tapi biasanya jika malam takbir tiba saya malah kerap merasa sedih,” paparnya sendu. “Di bulan Ramadan itu saya kerap merasa lebih mellow, lebih sensitif dan peduli dengan kondisi alam dan lingkungan sekitar. Rasanya sudah otomatis ibadah kita menjadi lebih khusyuk saat Ramadan tiba. Maka dari itu, saat Ramadan akan berakhir, saya merasa sedih. Inginnya tiap hari saya bisa menikmati suasana seperti bulan Ramadan,” lanjutnya lagi. “Saya juga terus melakukan introspeksi diri dan meningkatkan kualitas saya saat beribadah,” tambah perempuan bernama lengkap Prilliany Cynthia Lamusu ini. Arti kedua Lebaran baginya adalah silaturahmi, saat dirinya dan suami bisa berkumpul dengan seluruh keluarga besar.

KENANGAN MASA KECIL
Tradisi sungkeman, meminta maaf kepada orangtua dan kerabat yang lebih tua dikatakan oleh lelaki peraih penghargaan Pemeran Pendukung Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2004 juga dijalankan dalam keluarga besarnya. Namun, sebelum menikah dengan Cynthia, dia mengaku tidak pernah merasakan tradisi pulang kampung atau mudik. “Mau mudik kemana? Saya asli anak Jakarta. Papa saya asli putra Betawi, sementara mama keturunan Betawi-Australia, jadi ya Jakarta ini kampung saya,” tuturnya tergelak. “Ya paling biasanya kalau lebaran saya ngider ke rumah kerabat-kerabat saja. Mengingat dari segi silsilah, keluarga saya termasuk keluarga yang muda, jadi biasanya kami yang mengunjungi, bukan dikunjungi,” tambahnya.

Beda di Jakarta, beda pula di Gorontalo. Suasana Lebaran biasanya memang lebih kental terasa di daerah ketimbang di kota besar seperti Jakarta. Hal ini juga yang diakui oleh perempuan yang kini tengah menekuni usaha kuliner khas Gorontalo. “Di Gorontalo itu mayoritas penduduknya menganut agama Islam, jadi saat Lebaran tiba banyak sekali tradisi yang dilakukan di sana. Salah satunya adalah tradisi Tumbilotohe,” cerita Cynthia antusias. “Selama lima hari sebelum Lebaran tiba, semua rumah akan memasang lampu minyak atau obor di depan rumahnya untuk menggantikan lampu listrik. Filosofinya adalah untuk menyambut malam Lailatul Qadar, malam-malam ganjil menjelang berakhirnya Ramadhan,” lanjutnya lagi.

“Ada juga yang namanya tradisi Mohile Zakat. Tradisi ini adalah ketika anak-anak kecil akan berkeliling ke rumah penduduk membawa lampu minyak atau obor, lalu mengetuk pintu rumah penduduk sambil berkata Mohile Zakat. Nah, setelah itu biasanya mereka akan diberi uang oleh pemilik rumah,” tuturnya lagi.

“Waktu kecil, saya juga seperti itu. Lucunya, dulu saya dan teman-teman terbilang cukup kreatif. Kami berpikir agar mendapat zakat yang lebih banyak, kami menggunakan trik dengan mengenakan pakaian yang sudah agak jelek, dan trik itu berhasil. Saat lebaran tiba, saya dan teman- teman akan berhitung siapa yang paling banyak mendapatkan uang dari Mohile Zakat,” lanjutnya tergelak. “Pernah satu ketika ternyata rumah yang saya ketuk itu adalah rumah temannya Opa (kakek-Red) lalu beliau berkata, “Lho ini kan cucunya Opa John, kamu ngapain ikut minta zakat?” Haha....karena memang biasanya yang minta zakat itu orang yang kurang mampu, tetapi di sana tradisi tersebut jadi tradisi seru- seruannya anak kecil, sehingga semuanya ikut Mohile Zakat,” jelasnya.

Kemeriahan Lebaran tentunya tidak lengkap tanpa kehadiran makanan-makanan khas Hari Raya di atas meja. Buah atep atau lebih dikenal dengan sebutan kolang-kaling menjadi menu wajib yang selalu hadir di atas meja orang Betawi. Sementara menu bernama kuah bugis, buras serta kue kerrawang menjadi makanan wajib bagi orang Gorontalo saat merayakan Idul Fitri. “Sekarang isi sajian kami saat Lebaran merupakan perpaduan antara makanan khas Betawi dan Gorontalo,” tutur Cynthia yang mengawali karier bernyanyinya dengan mengikuti kompetisi Asia Bagus di tahun 1995 ini.

Saat ditanya mengenai keinginan merasakan suasana hari kemenangan di luar negeri, pasangan yang ternyata sudah pernah merasakan suasana Lebaran di negara orang ini mengakui bahwa menikmati hari kemenangan itu paling pas jika berada di negara sendiri. “Tetap lebih nikmat di negara sendiri, belum lagi seluruh keluarga besar juga memang berada di sini,” ungkap Surya. “Betul, Lebaran harus dinikmati bersama seluruh keluarga besar. Walaupun tahun ini kami tidak mudik ke Gorontalo, masih ada keluarga besar lainnya yang berada di Jakarta,” tambah Cynthia sekaligus menutup percakapan dengan HELLO!

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: VANESSA BERNADETTE (082114169440)
PENGARAH    GAYA: LISTYA DIAH
BUSANA: ZARA & KOLEKSI PRIBADI
AKSESORI: MARKS & SPENCER
PENATA RIAS & RAMBUT: THEA CHRISTY (081908672672)


Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, July 2015 Edition
Rubrik: Celeb News
Baca Juga:

Article on HELLO! Indonesia, Edisi July 2015. Farhan & Indy Barends
PERSAHABATAN UNIK
FARHAN & INDY BARENDS
BERMULA DARI UDARA 
_________________

Jalinan persahabatan selama lebih dari 15 tahun antara Muhammad Farhan dan Indy Barends telah membentuk satu ikatan yang kuat. Kerap menjalani masa-masa baik maupun masa penuh tantangan bersama, keduanya saling mendukung dan membutuhkan.


Indy Barends (43) yang sudah sampai terlebih dulu di lokasi pemotretan, tampak bersemangat menyambut kedatangan Muhammad Farhan (45) siang itu. Sepasang sahabat yang sudah lama tidak bertemu ini seketika berpelukan dan saling menyapa hangat. Gelak tawa pun langsung menyeruak di dalam ruangan. Jelas terlihat ikatan yang kokoh di antara mereka. Kepada HELLO! Indonesia dua sahabat ini berbagi kisah persahabatan serta harapan mereka bagi satu sama lain.

BERMULA DARI UDARA 
Keduanya mengaku bertemu saat mereka bekerja sebagai penyiar dan tampil berpasangan di acara pagi Good Morning Hardrockers di Stasiun Radio Hard Rock FM. Kala itu Farhan diminta untuk menjadi pengganti Erwin Parengkuan, penyiar yang telah menjadi rekan siaran Indy Barends selama setahun. Meutia Kasim dan Erwin Parengkuan sendiri adalah dua tokoh yang mempertemukan Farhan dan Indy di udara. Keduanya bertutur bahwa pekerjaan tersebutlah kisah pertemanan mereka dimulai. “Tujuannya sih bukan untuk berteman, melainkan untuk melancarkan pekerjaan,” gurau Farhan yang langsung disambut tawa seisi ruangan.

Menurut Indy, dia sempat menyayangkan keinginan Erwin Parengkuan untuk mundur dari dunia siaran, karena ia merasa baru saja mendapatkan chemistry yang kuat saat siaran dengan Erwin. “Erwin saat itu ingin menjajal dunia lain, menjadi pegawai kantoran. Nah, dia merasa bertanggung jawab untuk mencarikan saya partner pengganti untuk siaran. Saya juga kurang tahu prosesnya, tapi kebetulan yang didapatkan oleh Erwin adalah Farhan. Mungkin posisinya saat itu orang yang sedang tidak banyak pekerjaan alias menganggur ya, Farhan,” tukas Indy bergurau. “Waktu itu kriteria yang dicari adalah siapa saja, dengan jadwal kosong dan mendapatkan budget yang kecil,” tambah Farhan terbahak. Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1998 pun akhirnya menjadi hari yang bersejarah bagi mereka berdua, hari dipertemukannya Indy Barends dengan Farhan. “Hari Kemerdekaan buat Farhan, tapi penjara buat saya,” canda Indy yang membuat seisi ruang kembali tertawa.

Ikatan yang ada di antara mereka diakui terbentuk sejak awal pekerjaan tersebut dimulai. Keduanya percaya bahwa jika tidak ada chemistry yang baik di antara mereka, maka pekerjaan yang mereka berdua lakoni tidak akan berjalan dengan mulus dan baik. Farhan bercerita bahwa ia pun selalu menjemput Indy di rumah kost-nya sebelum
mereka siaran. Komunikasi yang terjalin di antara keduanya sebelum mereka mulai siaran memberikan satu ikatan tersendiri bagi keduanya.

SAAT PERSAHABATAN ITU MULAI TERJALIN
Lelaki kelahiran Jakarta ini mengatakan bahwa kesan pertama yang ia dapatkan saat melihat Indy adalah rasa kagum sekaligus heran. “Sakit ini orang, begitu pikir saya saat itu. Sakit dalam arti bagus ya,” tuturnya lagi. Sementara bagi Indy, kehadiran sosok Farhan bukanlah hal yang mudah. “Waktu itu yang terlintas dalam pikiran saya hanyalah sanggupkah saya untuk bisa diterima oleh Farhan? Demikian pula sebaliknya,” jelas Indy. “Saya melihat dia juga memiliki satu pekerjaan rumah untuk menggantikan posisi Erwin dan saat itu orang melihat saya dengan Erwin, sehingga menjadikan posisi Indy dengan Farhan itu pasti berada di bawah bayang-bayang tersebut. Butuh waktu sekitar satu tahun sampai kami akhirnya mendapatkan chemistry,” lanjutnya menjelaskan.

“Jujur, saya sempat meragukannya. Apakah dia bisa memberikan komitmen pada pekerjaan atau dia kerja hanya karena butuh uang? Tapi rasanya saat itu Farhan masuk kategori yang kedua, ya,” canda Indy yang membuat ruangan kembali dipenuhi tawa.

Dua orang penyiar yang pernah memecahkan rekor siaran selama 32 jam dalam rangka ulang tahun Radio Hard Rock yang ke-5 ini menuturkan bahwa persahabatan mereka adalah satu ikatan yang tumbuh karena keduanya memang saling membutuhkan. Sempat ada masa di mana satu sama lain menyerah dengan kondisi yang ada di balik studio siaran. Belum lagi beberapa pertengkaran yang terjadi di antara mereka yang juga terjadi di ruang siaran. “Biasanya kami bertengkar karena salah satu (pihak) merasa ucapan yang lain menyakiti, atau yang satu merasa apa yang dia lakukan rasanya tidak pernah benar. Saat-saat ekspektasi kami lebih tinggi dibanding kenyataan yang ada,” tutur Indy. “Siaran dengan Farhan, jujur, bukan hal yang mudah bagi saya. Karena berada di balik ruang siaran dengan orang baru seperti memulai segalanya dari nol,” tandas ibu dari dua orang buah hati ini.

“Rasanya persahabatan kami ini juga kuat terjalin karena doa dari berbagai pihak. Di antaranya adalah Meutia Kasim dan juga mendiang Indra Safera,” jelas Farhan menambahkan. “Apalagi saat itu kami masih sama-sama memiliki ego yang tinggi,” tambahnya lagi.

SUDUT PANDANG YANG BERBEDA 
Dipertemukan oleh pekerjaan ternyata bisa membuat persahabatan antara dua teman yang mengaku belum pernah satu kali pun menonton bioskop bersama ini bisa mendekatkan mereka secara pribadi. Keduanya mengatakan bahwa mereka merasa sangat beruntung bisa memiliki sosok yang bisa melihat kehidupan mereka dari sudut pandang yang juga berbeda. “Saya bisa mendapatkan satu pemecahan masalah dari kacamata perempuan,” tutur Farhan “Dan saya juga belajar tentang bagaimana menghadapi teman-teman pria saya waktu itu,” kata Indy menambahkan.

Sifat ambisius Farhan disebut-sebut Indy menjadi salah satu hal yang paling dikaguminya. Ada saat di mana Indy merasa bahwa Farhan sudah berada di tingkat yang mengagumkan, tetapi nyatanya bagi Farhan hal itu belum cukup. “Mungkin juga karena posisi Farhan sebagai kepala rumah tangga yang membentuk pribadinya seperti itu, berbeda dengan saya yang perempuan,” tutur Indy. “Farhan adalah orang yang tidak pernah berpikir untuk berhenti berusaha. Dia adalah orang dengan pemikiran jika dirinya masih bisa produktif maka dia akan melakukan apa pun juga. Dari satu sisi saya merasa apakah ia tidak merasa lelah? Tapi bukan Farhan namanya kalau tidak bisa mengatur strategi dengan baik,” lanjutnya lagi. “Oh ya, ada satu hal lagi. Farhan adalah tipikal sahabat yang setiap saat saya butuh, dia akan membantu,” tambahnya yang disambut senyuman lebar dari sang sahabat.

Sedangkan sosok Indy Barends yang penuh dengan talenta di mata Farhan adalah orang yang mampu menghidupkan suasana di sekitarnya dengan baik. “Indy itu mampu membuat orang jatuh hati dengan kehadirannya. Orang yang sangat menyenangkan. She can light up the room dan hal itu yang buat saya belum ada tandingannya hingga saat ini. Istimewanya adalah dia mampu memanfaatkan semuanya. Saya belajar banyak dari Indy tentang bagaimana cara menempatkan diri, membuat orang kagum tapi di waktu yang bersamaan mereka menaruh respect kepada saya. Saya yakin hampir semua orang pasti senang bertemu dengannya, tetapi jarang yang berani menganggap remeh dirinya. Indy bisa menjaga semua itu dengan baik,” jelas Farhan bersemangat.

Tidak ada gading yang tidak retak, begitu juga dengan kisah persahabatan mereka yang telah terjalin lebih dari 15 tahun ini. Ada kalanya mereka merasa kesal antara satu sama lain. “Farhan itu paling kesal kalau saya sedang emosi,” jelas Indy yang langsung disetujui oleh Farhan. “Paling kesal, ya kalau Indy lagi emosi dan lagi takut. Dia bisa meledak begitu saja. Biasanya saya akan membiarkan sampai dia tenang, baru kemudian saya hubungi kembali,” tambah Farhan yang juga dibalas Indy dengan anggukan.

Sementara itu, sifat pelupa sang pembawa acara kawakan Tanah Air yang pernah menjadi host acara yang berjudul Om Farhan ini dikatakan Indy adalah salah satu sifat yang paling ia tidak sukai dari Farhan. “Terkadang dia juga suka tidak jujur kepada saya. Namun yang paling menyebalkan itu sifatnya yang suka menganggap remeh dan mengiyakan semua janji,” tutur Indy dengan nada kesal yang sontak membuat Farhan tertawa terbahak.

DOA BAGI SAHABAT 
Sekian lama bersahabat tampaknya tidak hanya membuat Farhan dan Indy terikat satu sama lain secara fisik dan mental. Hubungan batin keduanya pun sudah sangat erat. Ada kalanya saat yang satu sedang berada dalam kondisi yang kurang baik, tanpa perlu diberitahu oleh siapa pun yang lainnya akan merasakan kondisi tersebut. Mereka seakan bisa berkomunikasi melalui telepati.

Kebutuhan mereka akan kehadiran satu sama lain dalam kehidupan masing-masing pun semakin terasa saat keduanya ditanya perihal doa yang mereka selalu panjatkan untuk sang sahabat. Lelaki yang menggemari olahraga sepak bola ini mengatakan bahwa ia selalu mendoakan Indy supaya selalu dapat menjadi sosok panutan bagi kedua buah hati. “Indy adalah sosok yang sangat mengagumkan, dia mau melakukan apa pun untuk kedua buah hatinya. Dan memang bagi saya selain mengagumkan sebagai seorang sahabat, Indy sangat mengagumkan sebagai seorang ibu,” tutur Farhan.

Sedangkan Indy menuturkan dirinya sempat terkejut saat dulu mendengar kabar Farhan terserang stroke ringan. Perempuan yang sangat membenci film horor ini mengatakan bahwa ia belum siap jika harus kehilangan sosok Farhan. “Doa saya hanya satu, saya tidak ingin persahabatan saya dan Farhan ini harus terpisah. Karena saya sayang sekali pada Farhan,” tukas Indy. Dirinya menyadari bahwa semakin bertambah usia, hubungan pertemanan itu semakin sedikit. “Saya takut merasa kehilangan yang amat sangat saat memiliki seorang sahabat seperti dia. Mungkin kita memiliki banyak teman, tetapi sedikit sahabat. Terlebih saat saya sedang sibuk dengan kegiatan saya, ada kalanya saya merasa sendirian. Di saat itulah saya membutuhkan sosok sahabat,” kata Indy sambil menitikkan air mata haru.

Waktu bergulir dengan cepatnya siang itu. Matahari pun sudah mulai bergerak ke cakrawala barat. Hari sudah beranjak petang, sehingga perbincangan seru kami pun harus berakhir. Satu perbincangan penuh tawa hari itu ditutup dengan pelukan hangat kedua sahabat ini.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: VANESSA BERNADETTE
PENGARAH GAYA: BUNGBUNG MANGARAJA
PENATA RIAS: ABANG & NITA JS
LOKASI: LUSY IN THE SKY
BUSANA: KARREN MILLER & TM LEWIN


Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, July 2015 Edition
Rubrik: Celeb News

Baca Juga: