Memutuskan untuk Berkarier Solo, Rendy Pandugo Terus Bangun Impian Bermusiknya

Article on HELLO! Indonesia, Edisi Mei 2015. Rendy Pandugo
MEMUTUSKAN UNTUK BERKARIER SOLO
RENDY PANDUGO
TERUS BANGUN IMPIAN BERMUSIKNYA 
Lelaki kelahiran Medan 7 Mei 1985 ini mengaku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan instrumen musik gitar sejak usia muda. Ia mulai mempelajari alat musik ini sejak duduk di bangku sekolah lanjutan. Karier bermusiknya di Tanah Air dimulai pada tahun 2010, saat ia bergabung dalam duo band Di-Da. Empat tahun kemudian, Rendy Pandugo pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan musiknya seorang diri. Kepada HELLO! Indonesia, Rendy menuturkan tentang keputusannya berkarier solo dan impian yang ia terus bangun dalam kariernya tersebut. 

Apa yang membuat Anda memutuskan untuk ‘jalan sendiri’ dalam bermusik? 
“Karena tenyata saya lebih suka mengerjakan proses kreatifnya sendiri, sehingga saya bisa mengembangkan ide tanpa perlu memikirkan apa yang ada di kepala orang lain. Walaupun dalam proses merealisasikannya pasti dibantu oleh orang lain, semuanya termasuk konsep ada dalam kendali saya. Agak sedikit egois dan idealis, tetapi itulah kondisi yang nyaman bagi saya sekarang.” 

Kapan Anda memulai karier bermusik Anda secara profesional? 
“Tahun 2010. Waktu itu saya bergabung dengan duo band Di-Da. Sempat merilis album juga pada tahun 2011 berjudul Duography.” Ada cerita menarik dalam perjalanan karier musik Anda? “Saat mengeluarkan album bersama Di-Da, saya kira semuanya akan berjalan lancar, tetapi kenyataannya justru berbeda. Situasi musik Indonesia sedang tidak bersahabat untuk genre yang saya dan Iddo bawakan. Kami sudah mencoba segala cara untuk band kami namun tidak berhasil, kami bahkan tidak mendapatkan panggung sama sekali. Saya sempat putus asa, tetapi untungnya saat itu juga saya membuat akun di Soundcloud, saya mengunggah musik saya di situ dan jujur itu yang menyelamatkan hidup saya. Saya masih bisa terus berkarya di situ.” 

Bagaimana rasanya menyandang gelar sebagai artis Soundcloud? 
“Walaupun follower saya lumayan banyak di Soundcloud, saya merasa sedikit aneh menyandang gelar ini...hahaha....” Mengenai julukan Anda sebagai “John Mayer” Indonesia? “Awalnya saya bersikap santai saja menanggapi julukan itu. Tetapi belakangan ini saya mulai terganggu. Karena semua hal yang dilakukan entah kenapa pasti akan dibandingkan dengan John Mayer. Tidak saya pungkiri bahwa saya memang sangat terinspirasi oleh dirinya. Saya bisa membawakan lagunya, persis seperti yang dia mainkan. Awalnya, saya adalah gitaris, bukan vokalis dan baru bernyanyi pada tahun 2011. Jadi sosok John Mayer yang mengajarkan konsep penyanyi yang bermain gitar dengan sangat baik.” 

Impian di dunia musik dan rencana album solo? 
“Mimpi saya tidak terlalu muluk. Mungkin terdengar sedikit klise, namun saya sangat ingin musik saya bisa didengar oleh banyak orang dan yang mendengarkannya akan menyukai karya saya tersebut. Karena buat saya, sukses itu sebenarnya adalah saat Anda bisa menginspirasi banyak orang, dalam bentuk apa pun. Saya juga pastikan tahun ini saya akan mengeluarkan album.”

Apa definisi seorang Rendy Pandugo? 
“Rendy...Rendy itu seorang yang kepikiran dan pemalu. Terkadang ketika saya bermaksud bercanda dengan orang lain, tiba-tiba saya merasa takut membuat orang tersebut tersinggung. Saya termasuk tipe yang pemalu karena sejak belajar musik, saya tidak dibentuk sebagai front man, saya hanya fokus pada permainan musik saya. Kini, saya harus menjadi seorang front man, semua perkataan saya diperhatikan oleh orang lain.”

Harapan Anda terhadap musik Indonesia? 
“Semoga di masa mendatang masyarakat Indonesia tidak lagi mengotak-kotakkan musik. Karena pada dasarnya makna dari musik itu sama. Terlebih lagi, musik itu adalah bahasa yang universal.”

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: VANESSA BERNADETTE (082114169440)
PENGARAH GAYA: LISTYA DYAH
BUSANA: FRED PERRY
LOKASI: COMMON GROUNDS

Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, May 2015 Edition
Rubrik: Starlet

No comments:

Post a Comment