Lahir Di Kalangan Seniman, Shelomita & Reuben Elishama Tumbuh Bersama Dalam Musik

Article on HELLO! Indonesia, Edisi Maret 2015. Shelomita & Reuben Elishama
LAHIR DI KALANGAN SENIMAN
SHELOMITA & REUBEN ELISHAMA
TUMBUH BERSAMA DALAM MUSIK
___________________________________________
“Hasrat bermusik sudah mengalir dalam darah kami”



Sore itu awan mendung masih terus saja bergelayut di langit Selatan Jakarta, namun cuaca yang kurang bersahabat tidak menjadi halangan bagi kakak-beradik Shelomita dan Reuben Elishama untuk datang memenuhi janjinya kepada HELLO! Indonesia. Kehangatan pun menyeruak di ruangan selama proses pemotretan dan wawancara. Keakraban kental terasa di antara dua bersaudara ini. Tumbuh di dalam keluarga seniman memang memiliki keseruan tersendiri. Kenangan indah masa kecil dan mimpi masa depan pun mereka ungkapkan kali ini.
 
MASA KECIL PENUH TAWA  
Shelomita (40) dan Reuben Elishama (36) adalah anak dari pasangan Abdulkadir Hadju dan Marini Burhan Abdullah. Ibunda mereka adalah seorang penyanyi kawakan yang telah tampil di layar televisi Tanah Air sejak tahun 60-an dan juga menghasilkan banyak karya, baik di dalam maupun luar negeri. Disinggung tentang kisah masa kecil mereka, gelak tawa seketika menggema membuka percakapan sore itu. Keduanya mengaku bahwa ketertarikan dengan dunia musik sudah terjadi sejak mereka masih berusia belia. “Kalau saya, dari jiwa saya sendiri yang sudah meminta,” ujar Shelomita memulai perbincangan kami. “Jadi, dari kecil memang sudah belajar piano. Mulai dari piano yang santai sampai yang serius, seperti piano klasik. Saya juga pernah belajar piano di Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik (SM YPM) dan Reuben mengambil les alat musik biola saat itu. Kalau tidak salah, kami serius mengikuti les tersebut selama hampir enam tahun. Sampai-sampai kami juga berpartisipasi di konser tahunannya,” lanjut Shelomita lagi. “Sementara kalau di sekolah, saya ikut serta di dalam tim paduan suara sekolah. Kadang menjadi penyanyinya atau menjadi konduktornya. Tim paduan suara sekolah saya adalah tim yang sering menjuarai kompetisi paduan suara baik tingkat regional maupun provinsi. Nah, begitu masuk di Perguruan Tinggi, saya mulai bergabung dengan satu band yang bernama Arapaima. Kami sering tampil di berbagai acara kampus,” tutur perempuan yang sudah menjadi ibu dari lima orang buah hati tersebut.

Sedari kecil dikelilingi oleh para seniman hebat diakui oleh pria berzodiak Scorpio ini sebagai salah satu faktor yang membuat ketertarikan mereka terhadap dunia musik terbilang cukup tinggi. “Dulu saat mama berada di rumah, biasanya beliau sering berlatih menyanyi. Jadi saya sudah memperhatikan bagaimana teknik yang dilakukan oleh seorang penyanyi saat bernyanyi sejak masih kecil,” tutur Reuben. “Padahal kalau boleh jujur, sewaktu kecil saya ini termasuk orang yang sangat pemalu,” lanjutnya lagi. “Contohnya saat pelajaran seni musik dan mengharuskan untuk tampil di depan kelas, saya pasti deg-degan dan malu. Saya takut bikin salah,” aku Reuben. “Keluarga malah tidak pernah berpikir bahwa Reuben akan tampil di depan layar,” sela sang kakak cepat. “Kalau alat musik, saya memang sempat belajar biola kala itu. Tapi itu ada unsur keterpaksaan juga sih,” lanjutnya terbahak.
“Saat kami wajib bermain biola, mama sedang bersama papa Idris (Idris Sardi-red). Beliau adalah pemain biola yang sangat hebat dan juga sangat serius dalam bermusik,” ujar Shelomita menambahkan.
“Waktu masih kecil saya berpendapat bahwa bermain biola itu terkesan klasik sekali, jadi terkesan tidak cool,” papar Reuben lagi. “Nah! Saat diizinkan untuk tidak wajib bermain biola lagi itu rasanya seperti mendapatkan...freedoooom!” ungkapnya kembali sambil terbahak. “Mungkin karena saat itu saya merasa bahwa kebebasan waktu bermain dengan teman-teman dihalangi oleh keharusan saya belajar biola. Waktu yang harusnya saya pakai bermain dengan teman malah harus dihabiskan untuk berlatih dan itu menyebalkan,”tutur Reuben. “Namun saat sudah dewasa, saya baru menyadari bahwa biola itu alat musik yang paling dahsyat. Tidaklah mudah memainkan dan menguasai alat musik yang satu itu. Sekarang saya selalu angkat topi kepada orang yang bisa bermain biola. Apalagi saya tahu prosesnya itu sungguh sulit,” tambahnya lagi. Menurut sang kakak, Reuben sesungguhnya memiliki bakat tersendiri dengan alat musik biola, “Waktu masih bersekolah musik di YPM, Reuben menduduki peringkat pertama dari semua siswa yang bermain biola,” papar Shelomita yang disambut tawa kecil sang adik. 
Sedikit berbeda dengan sang kakak yang terus menekuni dunia musik hingga dewasa, Reuben berterus terang bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki niatan untuk terjun secara serius ke dunia musik. “Sebagai anak bungsu, saya ingin sekali bisa melakukan hal yang berbeda. Mama dan Mbak Mita kan sudah jelas penyanyi, sementara papa juga bermain alat musik. Saya ingin menekuni bidang lain,” ujar pria kelahiran Jakarta, 18 November 1978 ini. Berbekal pemikiran tersebut, Reuben pun mencoba menceburkan diri di dunia pekerjaan formal dan menjalani rutinitas pegawai kantoran yang bekerja 9 to 5. Berbagai bidang sempat ditekuninya, mulai dari event organizer, agrobisnis bahkan mengurusi kapal ekspedisi. “Uang yang dihasilkan memang lumayan, dan lebih pasti. Tapi makin ke sini saya kok merasa tidak menjadi diri sendiri,” lanjutnya. “Batinnya tersiksa saat itu. Dia kan orangnya sensitif, jadi kalau ada yang kurang berkenan dengan hatinya, emosi dia cepat naik, hahaha...” ujar Shelomita tergelak. 
MENJADI DEKAT HINGGA DEWASA
Terpaut usia empat tahun menciptakan kedekatan tersendiri antara Shelomita dan Reuben. “Kita memang dekat, terlalu dekat malah. Saking dekatnya jadinya terlalu banyak tuntutan di antara kami berdua. We are too much into each other!” ujar Shelomita. “Mama bahkan pernah cerita, ia tidak sengaja naik taksi langganan kami antar-jemput waktu sekolah dulu. Mama kaget saat supir taksi masih ingat dengan kami berdua bahkan menanyakan kabar kami. Waktu ia menanyakan kenapa masih ingat kepada Mita dan Reuben jawabannya hanya karena kami itu selalu ribut setiap harinya. Dari hal kecil semacam kaos kaki saja bisa jadi ribut, tetapi jika tidak bertemu pasti saling mencari,” jelasnya lagi disambut dengan anggukan setuju dan senyum lebar sang adik. 
“Waktu kecil Reuben termasuk orang yang tidak peduli sama sekolah. Akhirnya saya yang harus selalu mengingatkannya. Terutama masalah membawa buku pelajaran ke sekolah. Satu ketika dia tidak membawa buku sampai tiga hari berturut-turut, akhirnya saya dipanggil ke kantor Kepala Sekolah melalui pengeras suara,” cerita Shelomita. “Shelomita, tolong ke kantor Kepala Sekolah,” ujarnya menirukan panggilan Kepala Sekolahnya dulu. “Aduh! Itu rasa malunya...gila! Begitu saya sampai di sana ternyata Reuben sudah ada duluan dan ia sedang berdiri dihukum di pojok ruangan,” lanjutnya sambil tertawa terbahak-bahak. “Sejak itu saya memutuskan untuk selalu memeriksa tasnya (Reuben) saat dia sudah tidur. Saya sudah seperti baby sitternya,” ungkapnya lagi. 
Mulai beranjak dewasa, kedekatan yang terjalin antara Shelomita dan Reuben semakin erat. Bagi Reuben, kakak perempuannya ini adalah tempat untuk mencurahkan isi hati dan berbagi cerita tentang segala hal, begitu juga sebaliknya. “Kami itu sebenarnya tumbuh bertiga. Saya, Mbak Mita dan Mas Rama. Namun, jarak usia kami dengan Mas Rama terlampau jauh. Jadi kami nyambungnya hanya berdua. Meskipun begitu Mas Rama akhirnya menjadi sosok seorang bapak yang asyik bagi kami. Semua perkataan dan nasihatnya selalu menjadi pertimbangan terbesar kami saat memutuskan sesuatu,” ujar Reuben menambahkan. 
JALANI PROFESI IMPIAN
Dikenal sebagai anak dari seorang artis besar ternyata tidak seketika memudahkan jalan Shelomita untuk terjun ke dunia musik. Larangan dari kedua orangtua dan tuntutan untuk menyelesaikan pendidikan hingga tingkat tinggi menjadi salah satu hambatan yang tak pelak wajib dilewati olehnya. Menjadi penyanyi latar dari grup band Slank adalah pintu awal terbukanya jalan ke dunia musik bagi perempuan lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini. “Waktu itu kebetulan ada seorang adik dari sahabat kita bernama Ivan, dia sering sekali nongkrong di Potlot (markas Slank-Red). Dia menawarkan saya untuk membantu Slank (menjadi penyanyi latar),” cerita Shelomita. “Namun, saat itu mama dan papa sangat keras. Sekolah saya harus selesai dulu. Menurut mama, kalau sudah mulai terjun ke dunia menyanyi profesional dan merasa nyaman dengan dunia itu pasti saya tidak akan mengindahkan lagi sisi akademis” lanjutnya lagi. “Tetapi karena hasrat saya untuk mulai serius bermusik tidak terbendung lagi, akhirnya saya sembunyi-sembunyi menjalani pekerjaan sebagai penyanyi latar. Bukan hanya Slank, saya juga sempat menjadi penyanyi latar untuk band Dewa. Bahkan setelah itu saya sempat berduet dengan Imanez,” paparnya bersemangat. “Pengalaman yang tidak mungkin saya lupakan. Reuben belum lama ini malah menemukan video duet saya dengan Imanez,” lanjutnya yang disambut dengan suara sang adik bersenandung lagunya dengan Imanez. “Terlepas dari semua rintangan yang pernah dihadapi, saya sangat bersyukur. Karena semuanya sangat berkesan dan menjadi bekal yang baik bagi diri saya,” ujarnya menegaskan.

Saat Mita memulai karier dengan menjadi penyanyi latar, Reuben justru menapakkan jejaknya di dunia hiburan Tanah Air sebagai bintang iklan televisi. “Waktu itu saya sedang bermain bola, tiba-tiba seseorang menawari saya bermain iklan. Awalnya saya tidak bersedia, tapi dia meyakinkan bahwa adegan yang akan dilakukan sangat mudah. Hanya memegang pulpen, melihat ke depan lalu tersenyum. Saya pun berpikir masa iya hanya seperti itu saya tidak bisa. Belum lagi nilai honor yang ditawarkan juga lumayan dan tidak perlu melalui proses casting lagi, hahaha...”ujarnya tergelak. “Setelah itu saya baru jatuh cinta kepada dunia entertainment. Pekerjaan ini menarik juga. Saya bisa bertemu dengan banyak orang baru setiap harinya, dan hal yang saya lakukan selalu berganti-ganti sehingga tidak membosankan,” tandasnya lagi.

Sejalan dengan waktu, akhirnya Reuben juga mulai menceburkan diri ke dunia musik, satu dunia yang sudah akrab dengannya sejak kecil. Semuanya dimulai saat ia bertemu dengan Alfa (gitaris band Channel – Red) di satu acara yang mereka hadiri bersama. Tertarik dengan musikalitas yang dimiliki satu sama lain, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk membentuk sebuah grup band. Dimulai dengan menciptakan lagu bersama, audisi mencari pemain bass dan drum sebagai anggota band lainnya, lalu terbentuklah grup band Channel pada tahun 2003 silam. “Walaupun saya sempat ‘bermusuhan’ dengan alat musik, tetapi nyatanya musik memang sudah menjadi salah satu panggilan jiwa saya,” ujar pria penggemar berat Tim Manchester United ini. Sayangnya akibat perbedaan visi dan misi, band Channel yang sempat meledak lewat album Perjalanan Dua Insan ini akhirnya bubar. Reuben sendiri kembali membuat sebuah band beraliran alternatif yang diberi nama The Alastair pada tahun 2009. “Yang masih anggota lama dari Channel hanya saya dan Alfa,” cerita Reuben.


BAYANG-BAYANG SANG IBUNDA 
Sepak terjang Shelomita sebagai penyanyi latar akhirnya diketahui oleh sang ibunda. Hal ini terjadi saat Marini menyadari kemunculan putri tercintanya di layar kaca bersama Slank. “Lho kok ada kamu! Itu komentar mama saat melihat saya di televisi,” ujar Shelomita terkekek. “Ternyata selama ini, saat saya datang ke studio untuk latihan, mama mengira bahwa saya sedang berada di sekolah menjalani kegiatan ekstra kurikuler. Karena show nya hanya satu hingga dua jam, maka mama tidak menyadarinya sama sekali. Namun begitu tahu pesan Mama hanya satu dan tegas jangan sampai sekolah saya terganggu, pekerjaan saya sebagai penyanyi latar Slank pun berhenti saat diminta untuk mengikuti tur (Slank) keliling Indonesia,” lanjutnya lagi.


Setelah itu, perjalanan Shelomita di dunia yang membesarkannya ini terbilang cukup lancar, di masa perkuliahan sang ibunda mengizinkannya manggung di pertunjukan seni dari kampus ke kampus, dan saat dirinya sedang menulis tugas akhir pendidikan Strata-1, ia mendapatkan tawaran untuk membuat album pertamanya. Kelulusannya dari bangku perkuliahan pun berbuah manis dengan keluarnya album berjudul Langkah pada pertengahan Juni tahun 2000 silam. Album ini sukses membawa nama Shelomita berada di jajaran atas penyanyi kenamaan Tanah Air.


Menjajaki dunia musik di bawah bayang- bayang besar sang ibunda diakui oleh Shelomita tidak menjadi beban tersendiri baginya. Sosok sang kakek, Tarjo Soerjosoemarno yang selalu mengajarkan untuk berpikir positif membuatnya tenang menghadapi segala tantangan yang dijumpai. “Saat sudah terjun total ke dunia musik, tidak bisa dipungkiri nama besar Mama sepertinya melekat sangat erat dengan saya. Julukan Shelomita ‘anaknya Marini, itu sudah biasa keluar masuk telinga saya. Mungkin malah ada rumor yang mengatakan bahwa saya bisa berhasil di dunia musik ini karena mama. Padahal saat berjuang memulai karier saja saya sembunyi-sembunyi dari beliau,” papar Shelomita. “Waktu saya mulai rekaman juga mama tidak tahu, belum lagi aliran musik kami sangat berbeda jauh,” tuturnya. “Walaupun begitu sampai saat ini Mama memang menjadi panutan dan juga orang yang memberi pengaruh besar dalam bermusik. Mama itu bisa membuat orang bahagia hanya dengan sebuah senyuman. Beliau adalah inspirasi bagi banyak orang. Dan saya memang belajar banyak dari Mama,”ujarnya menambahkan.


DARI BEATLES HINGGA NEW KIDS ON THE BLOCK
Latar belakang yang kental di dunia musik juga mengakibatkan Reuben dan Shelomita kaya akan referensi musik, mulai dari band legendaris asal Inggris, The Beatles, Jackson Five, Michael Jackson, Al Jarreau, Metallica, Stone Temple Pilot, Smashing Pumpkins, Whitney Houston, Aaliyah, The Sundays, Bob Marley, Incubus, Guruh Gypsy bahkan New Kids on The Block (NKOTB). Dua bersaudara ini mengaku sering berduet menyanyikan lagu milik NKOTB.

“Saat masih duduk di bangku SMP, kami sering berduet menyanyikan lagu milik NKOTB, waktu itu gara-gara apa Ben?” tanya Shelomita. “Gara-gara radio tape-nya rusak dan kasetnya tidak bisa diganti!” jawab Reuben dan keduanya pun terbahak-bahak. “Alhasil lagunya itu-itu aja,” tambah Shelomita. “Iya lagunya ini lagi ini lagi, ah ya udahlah nyanyi yuk,” ujar Reuben menirukan percakapan mereka dulu. “Kami bernyanyi dengan membagi suara menjadi suara satu suara dua, tapi waktu itu sama sekali belum terpikir untuk menjadi penyanyi. Namun saat dewasa, akhirnya pernah juga duet bareng Reuben, dalam albumnya Channel,” lanjut Shelomita lagi. “Iya, lumayanlah gratis!” ujar Reuben yang kembali disambut gelak tawa keduanya.

ALBUM BARU DAN FESTIVAL MUSIK ASIA
Tahun 2015 ini menjadi tahun yang dipilih Shelomita untuk kembali ke kancah musik Tanah Air. Perempuan cantik yang juga sibuk mengelola satu lembaga homeschooling Langkahku ini tengah mempersiapkan album terbarunya. “Meluncurkan album lagi menjadi salah satu mimpi terbesar yang saya miliki saat ini. Saya sudah merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu. Tapi sekarang rasanya ada hal yang memanggil-manggil saya dengan kerasnya untuk kembali ke dunia (musik) ini. Saya sudah kangen sekali!,” tegas Shelomita. “Saya mendapatkan satu kepuasan batin yang berbeda saat saya menyanyi. Singing is me! Dan kalau memang dikasih jalan, saya ingin bisa menggelar satu konser tunggal, tidak perlu satu konser besar, yang penting saya bisa bertemu dengan orang-orang yang memang menikmati musik saya,” tambahnya lagi sambil tersenyum lebar.

Sementara Reuben mengatakan bahwa dirinya ingin bisa kembali bermain di layar lebar dan memulai kariernya di dunia balik layar, serta merasakan pengalaman bermain di panggung festival musik di luar Indonesia. “Jika satu waktu saya bisa bermain di festival musik seperti Laneway Festival di Singapura atau Summer Sonic di Jepang pasti akan sangat mengagumkan,” ujar Reuben menutup perbincangan hangat dengan HELLO! Indonesia sore itu.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: DAVID HASUDUNGAN (081389933808)
PENGARAH GAYA: LISTYA DIAH
PENATA RIAS & RAMBUT: NITA JS (087883040818)
LOKASI: PIPILTIN COCOA SENOPATI
BUSANA REUBEN: LUWI SALUADJI
BUSANA SHELOMITA: COAST, AMANDA RAHARDJO FOR FASHION FIRST,
RINDA SALMUN FOR FASHION FIRST, NO’OM NO’OMI FOR FASHION FIRST 

Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, March 2015 Edition
Rubrik: Celeb News

No comments:

Post a Comment